Senin, 30 Juli 2018

Lanjutan Asas dan Jatidiri Melayu Riau


6. nilai Menggulut air setimba


Nilai   menghargai   dan   memanfaaatkan  waktu   dengan   sebaik- baiknya, berdisiplin, pantang berlengah-lengah dan pantang bermalas- malas atau membuang-buang masa. Orang tua-tua mengatakan: “siapa menyia-nyiakan  masa,  alamat  dirinya  akan  binasa  atau  dikatakan: “bila mudanya membuang waktu, tuanya kelak menjadi hantu”, atau dikatakan: “bila hidup bermalas-malas mudanya rugi tuanya kandas”. Ungkapan  adat  menegaskan:  “apabila  masa  dibuang-buang,  di  dunia rugi di akhirat terbuang”.

103

Di dalam ungkapan dikatakan:


bagai menggulut air setimba bila lengah tekak dahaga
bila lalai mulut ternganga bila malas tumbuh bencana


elok berjalan ketika pagi elok memerun ketika panas elok menuang ketika cair elok bekerja selagi muda elok melihat sebelum buta
elok mendengar sebelum pekak elok bertanya sebelum sesat elok berguru sebelum malu


yang masa takkan tersangga yang umur takkan terukur yang waktu takkan menunggu


bila ‘dah lepas kijang ke rimba dikejar diunut pun sia-sia


bila hidup di pintu ajal takkan berguna segala sesal


7. nilai hemat dan Cermat


Nilai berhemat cermat, arif dalam berhitung cermat dalam berkira. Orang tua-tua mengatakan: “tahu berhemat menghitung hidup, arif berkira membilang masa, cermat menilik laba dan rugi”. Sifat ini menjauhkan dirinya dari perilaku yang “terburu nafsu”, menjauhkannya dari sifat ceroboh, tanpa perhitungan dan sebagainya.


Di dalam ungkapan dikatakan:


tahu hidup berhemat-hemat tahu berkira secara cermat
tahu berhitung membaca alamat tahu mengekang nafsu menyesat tahu menjaga selera nekat


mengatur hidup ianya cermat mengatur harta ianya hemat mengatur nafsu ianya dapat mengatur selera ianya kuat


laba dan rugi ianya ingat
mudanya sejahtera tuanya selamat sampai mati takkan melarat


8. nilai tahu akan Malu


Nilai yang tahu menjaga aib dan malu, tahu mengawal tuah dan maruah, tahu memelihara nama baik diri dan keluarga, dan berpantang memberi malu orang serta pantang pula dipermalukan. Orang tua-tua mengatakan: “harga garam pada masinnya, harga manusia pada malunya”; atau dikatakan: “bila malu sudah menimpa, pangkat dan harta tiada berharga”; “bila malu sudah terkikis, tuah tercampak maruah pun habis”.


Di dalam ungkapan disebutkan:


yang disebut sifat malu malu membuka aib orang
malu menyingkap baju di badan malu mencoreng arang di kening malu melanggar pada syarak malu terlanda pada adat
malu tertarung pada lembaga malu merosak nama baik malu memutus tali darah
malu hidup menanggung malu malu mati tidak bermalu

9.  nilai tahu unjuk dengan Beri, tahu hidup Bertenggangan


Nilai pemurah, dermawan, setia membela dan membantu orang, tidak serakah dan tamak, tidak mementingkan diri sendiri, penuh tenggang rasa dan kesetiakawanan, ikhlas tolong menolong persebatian (persatuan dan kesatuan) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dan sebagainya. Di dalam peribahasa adat dikatakan, “mau seaib dan semalu, mau senasib sepenanggungan, mau ke bukit sama mendaki, mau ke lurah sama menurun, mau ke laut sama basah, mau ke darat sama berkering, mau mendapat sama berlaba, mau hilang sama merugi, dan sebagainya.


Di dalam ungkapan disebutkan:


tahu unjuk dengan beri
tahu menjalin gelegar patah tahu menjirat lantai terjungkat tahu menampal liang dinding


tahu menenggang hati orang
tahu menimbang perasaan orang tahu menjaga aib malu orang
tahu menutupi kekurangan orang


hidup sedusun tuntun-menuntun hidup sebanjar ajar-mengajar
hidup sekampung tolong-menolong hidup sedesa rasa-merasa
hidup senegeri beri-memberi hidup bersuku bantu-membantu

96

hidup berbangsa bertenggang rasa


yang searang sama dibagi yang sekuku sama dibelah yang secebis sama dicebis yang secelis sama dicelis


kalau makan tidak sendiri kalau senang tidak seorang


10.  nilai tahu Diri


Nilai yang menyedari sepenuhnya hakikat hidup dan kehidupan di dunia dan menyedari pula akan adanya kehidupan di akhirat, tahu dirinya, tahu dari mana asalnya, tahu untuk apa hidup di dunia dan ke mana akhir hidupnya. Melekatnya sifat ini menyebabkan dirinya benar-benar menjadi orang yang “tahu diri”, yang tahu diri dengan perinya, tahu alur dengan patutnya,  tahu  duduk  dengan  tegaknya,  tahu  letak  dengan  tempatnya, tahu  menempatkan  dirinya  pada  tempat  yang  layak,  tahu  membawa dirinya  di  dalam  kehidupan  bermasyarakat,  berbangsa  dan  bernegara, tahu memahami hak dan kewajibannya, tahu menjalankan tugas yang dibebannya dan sebagainya.


Di dalam ungkapan disebutkan:


tahu diri dengan perinya tahu hidup dengan matinya tahu salah dengan silihnya
tahu gelanggang tempat bermain

90

tahu pangkalan tempat berlabuh tahu teluk timbunan kapar
tahu tanjung pumpunan angin tahu pasang menyentak naik tahu surut menyentak turun


tahu rumah ada adatnya tahu negeri ada undangnya tahu tepian ada bahasanya tahu galas bersandaran
tahu dagang bertepatan tahu asal mula datang tahu ujung tempat balik
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peralatan Nelayan Melayu Riau

    Jala Terbuat dari jaring yang diberi pemberat. cara menggunakan dengan cara ditebarkan ke dalam air dan dibiarkan beberap...