Minggu, 23 September 2018

Bahasa Melayu Berkias


Bahasa Melayu Berkias
Orang Melayu menggunakan ungkapan-ungkapan khas dalam bahasa Melayu setempat, seperti petatah-petitih petitih, peribahasa dan lainnya.  Penggunaan bahasa berkias ini didasarkan cara pandang khas orang Melayu terhadap bahasa dan penggunaan lambang-lambang sosial bahasa. Pada bagian ini akan dibahas pandangan orang Melayu terhadap bahasa dan lambang sosial budaya.
1.            Pandangan terhadap bahasa
Orang Melayu Riau cenderung berfifkir metaforik dalam kehidupan sosial dalam arti mengatakan sesuatu secara tidak langsung menyebutkan sasaran. Hal ini berhubungan sikap santun, Pemalu dan ragam emosi yang suka menghindar dari pertikaian. Jika dikatakan secara langsung maka dikhawatirkan akan menyinggung perasaan orang. Sesuatu yang kasar hanya layak untuk hewan sesuai dengan peribahasa “ kerbau tahan palu, manusia tahan kias”. Hal ini menyebabkan bahasa Melayu kaya dengan ungkapan-ungkapan khas. Ada yang disebut dengan pepatah, yaitu ungkapan yang digunakan untuk mematahkan ungkapan lawan bicara, ada peribahasa yaitu bahasa yang dihaluskan, adalagi ibarat yakni perumpamaan dan bidal.
Ungkapan-ungkapan khas itu sangat sering digunakan oleh orang-orang Melayu untuk meningkatkan dan tunjuk ajar. Ungkapan-ungkapan khas tersebut antara lain  :
1.       Pepatah, adalah peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran. Dalam pengertian lain pepatah adalah kiasan yang tetap dan dinyatakan dalam kalimat selesai. Orang Melayu yang mampu mengungkapkan pepatah-petitih adalah orang yang kenyang asam garam kehidupan. Karenanya orang yang sering menggunakan pepatah-petitih ini adalah orang yang patut-patut seperti, pemuka adat, alim ulama, batin, dan kaum cendekiawan.

Hancur badan dikandung tanah,
Budi baik dikenang jua
Maknanya jangan melupakan budi baik seseorang

2.       Peribahasa, adalah kalimat lengkap yang menggunakan keadaan atau kelakuan seseorang dengan mengambil perbandingan dengan alam sekitar.selain pepatah orang Melayu juga menggunakan kalimat tidak dengan arti sebenarnya, seperti peribahasa dan sering menggunakan perbandingan dengan alam sekitarnya. Tujuan menggunakan peribahasa adalah lawan bicara tidak tersinggung oleh ucapan kita, disamping itu juga kesantunan dalam berbicara dengan orang lain.
Contoh peribahasa  :

Sekepal menjadi gunung, setitik menjadi laut
Maknanya  adalah perkara kecil yang dibesar-besarkan atau sesuatu yang sedikit yang bisa dibesarkan

3.       Pantun, adalah puisi lama yang terikat oleh syarat-syarat tertentu ( jumlah baris, jumlah suku kata, persajakan dan isi ), pantun dibagi  menjadi  :
a.       Berdasarkan isi
1.       Pantun anak-anak
2.       Pantun percintaan
3.       Pantun nasihat
4.       Pantun agama
5.       Pantun teka-teki
6.       Pantun Jenaka

b.      Ciri-ciri pantun
1.       Terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang merupakan satu kesatuan yang disebut bait.
2.       Setiap baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8-12 suku kata (umumnya sepuluh kata)
3.       Separo bait pertama sampiran, separo berikutnya isi
4.       Persajakan antara sampiran dan isi selalu paralel ( aib-ab atau abu-abc atau And-abcd atau as-aa)
5.       Beralun dua

Contoh :
Pantun Nasehat  :

Kayu cendala di atas batu
Sudah diikat dibawa pulang              
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang

Pantun Jenaka

Burung terbang memakai topi
Terbang keawan seperti mimpi
Tertawa hati karena geli
Melihat kuda asyik bernyanyi

Pantun Muda Mudi

Gigi taring seperti macan
Tajam menggigit sakit sekali
Pergi ke taman untuk kencan
Kencan bareng lelaki berdasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peralatan Nelayan Melayu Riau

    Jala Terbuat dari jaring yang diberi pemberat. cara menggunakan dengan cara ditebarkan ke dalam air dan dibiarkan beberap...