Bahasa Melayu Berkias
Orang Melayu menggunakan
ungkapan-ungkapan khas dalam bahasa Melayu setempat, seperti petatah-petitih petitih,
peribahasa dan lainnya. Penggunaan
bahasa berkias ini didasarkan cara pandang khas orang Melayu terhadap bahasa
dan penggunaan lambang-lambang sosial bahasa. Pada bagian ini akan dibahas
pandangan orang Melayu terhadap bahasa dan lambang sosial budaya.
1. Pandangan terhadap bahasa
Orang Melayu Riau cenderung berfifkir metaforik dalam kehidupan sosial
dalam arti mengatakan sesuatu secara tidak langsung menyebutkan sasaran. Hal ini
berhubungan sikap santun, Pemalu dan ragam emosi yang suka menghindar dari
pertikaian. Jika dikatakan secara langsung maka dikhawatirkan akan menyinggung
perasaan orang. Sesuatu yang kasar hanya layak untuk hewan sesuai dengan
peribahasa “ kerbau tahan palu, manusia tahan kias”. Hal ini menyebabkan bahasa
Melayu kaya dengan ungkapan-ungkapan khas. Ada yang disebut dengan pepatah,
yaitu ungkapan yang digunakan untuk mematahkan ungkapan lawan bicara, ada
peribahasa yaitu bahasa yang dihaluskan, adalagi ibarat yakni perumpamaan dan
bidal.
Ungkapan-ungkapan khas itu sangat sering digunakan oleh orang-orang Melayu
untuk meningkatkan dan tunjuk ajar. Ungkapan-ungkapan khas tersebut antara
lain :
1.
Pepatah, adalah peribahasa yang mengandung nasihat
atau ajaran. Dalam pengertian lain pepatah adalah kiasan yang tetap dan
dinyatakan dalam kalimat selesai. Orang Melayu yang mampu mengungkapkan
pepatah-petitih adalah orang yang kenyang asam garam kehidupan. Karenanya orang
yang sering menggunakan pepatah-petitih ini adalah orang yang patut-patut
seperti, pemuka adat, alim ulama, batin, dan kaum cendekiawan.
Hancur badan dikandung tanah,
Budi baik dikenang jua
Maknanya jangan melupakan budi baik seseorang
2.
Peribahasa, adalah kalimat lengkap yang
menggunakan keadaan atau kelakuan seseorang dengan mengambil perbandingan
dengan alam sekitar.selain pepatah orang Melayu juga menggunakan kalimat tidak
dengan arti sebenarnya, seperti peribahasa dan sering menggunakan perbandingan
dengan alam sekitarnya. Tujuan menggunakan peribahasa adalah lawan bicara tidak
tersinggung oleh ucapan kita, disamping itu juga kesantunan dalam berbicara
dengan orang lain.
Contoh
peribahasa :
Sekepal
menjadi gunung, setitik menjadi laut
Maknanya adalah perkara kecil yang dibesar-besarkan
atau sesuatu yang sedikit yang bisa dibesarkan
3.
Pantun, adalah puisi lama yang terikat oleh
syarat-syarat tertentu ( jumlah baris, jumlah suku kata, persajakan dan isi ),
pantun dibagi menjadi :
a.
Berdasarkan isi
1.
Pantun anak-anak
2.
Pantun percintaan
3.
Pantun nasihat
4.
Pantun agama
5.
Pantun teka-teki
6.
Pantun Jenaka
b. Ciri-ciri
pantun
1. Terdiri
dari sejumlah baris yang selalu genap yang merupakan satu kesatuan yang disebut
bait.
2. Setiap
baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8-12 suku kata (umumnya
sepuluh kata)
3. Separo
bait pertama sampiran, separo berikutnya isi
4. Persajakan
antara sampiran dan isi selalu paralel ( aib-ab atau abu-abc atau And-abcd atau
as-aa)
5. Beralun
dua
Contoh :
Pantun Nasehat :
Kayu cendala di atas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang
Pantun Jenaka
Burung terbang memakai topi
Terbang keawan seperti mimpi
Tertawa hati karena geli
Melihat kuda asyik bernyanyi
Terbang keawan seperti mimpi
Tertawa hati karena geli
Melihat kuda asyik bernyanyi
Pantun Muda Mudi
Gigi taring seperti macan
Tajam menggigit sakit sekali
Pergi ke taman untuk kencan
Kencan bareng lelaki berdasi
Tajam menggigit sakit sekali
Pergi ke taman untuk kencan
Kencan bareng lelaki berdasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar